ReliDoc – Jakarta. HIV masih menjadi salah satu masalah kesehatan global. WHO mencatat bahwa penyakit akibat virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini telah merenggut 44,1 juta jiwa di seluruh dunia. Sayangnya, banyak orang baru menyadari pentingnya penyuluhan HIV ketika sudah terinfeksi dan kondisinya telah memasuki tahap AIDS. Padahal, jika penyakit ini dideteksi lebih cepat, risiko penularan bisa diminimalisir dan pengobatannya bisa jauh lebih efektif lho, Reli Friends. Jadi, yuk deteksi dini HIV sebagai langkah awal cegah penularan, serta opsi pengobatannya melalui artikel ini.
Deteksi dini merupakan pemeriksaan awal yang memiliki peran penting karena bertujuan untuk mencegah perkembangan virus HIV ke tahap kronis (AIDS). Adapun jenis tes deteksi HIV meliputi:
Sesuai namanya, tes ini mendeteksi adanya antibodi HIV dalam darah atau air liur. Tes ini pun terbagi menjadi 2 metode, yakni tes cepat (rapid test) dan tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Tes antibodi paling umum dilakukan karena mudah dijangkau oleh berbagai fasilitas kesehatan. Namun, antibodi baru biasanya terbentuk 3–12 minggu setelah terpapar virus HIV. Oleh karena itu, pasien biasanya disarankan untuk segera melakukan tes ini setelah jangka waktu tersebut agar mendapat hasil tes yang akurat.
Hampir serupa dengan tes sebelumnya, tes antigen–antibodi juga mendeteksi antibodi dalam darah. Yang membedakan, tes ini juga melacak adanya antigen p24 (protein virus HIV). Adapun antigen sudah bisa terdeteksi 2–6 minggu setelah terpapar virus. Ini karena antigen biasanya muncul dalam darah lebih cepat daripada antibodi.
Jika pasien memiliki riwayat diagnosis gejala awal HIV, biasanya dokter akan menyarankan tes lanjutan yakni tes asam nukleat atau viral load test. Pasalnya, tes ini mendeteksi virus HIV lebih cepat dan akurat dibandingkan jenis tes lainnya. Tes asam nukleat mampu mengidentifikasi virus dalam rentang waktu 10–33 hari setelah terpapar. Cara kerja tes ini yakni melacak RNA virus yang ada dalam darah dan menghitung jumlahnya (viral load).
Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan infeksi HIV sepenuhnya. Meski begitu, beberapa pengobatan telah tersedia untuk menunjang kualitas hidup para penyintas HIV. Jenis pengobatan tersebut antara lain:
Pengobatan HIV yang dikenal paling efektif yakni terapi antiretroviral. Terapi ini merupakan kombinasi beberapa obat yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah virus dalam tubuh. Selain itu, terapi ini juga memungkinkan sistem kekebalan tubuh penyintas HIV menjadi lebih kuat. Perlu digarisbawahi, obat-obatan ini harus diminum secara rutin sesuai anjuran dokter dan berlaku untuk seumur hidup. Jika tidak minum obat sesuai anjuran, penyintas HIV dapat berpotensi mengalami resisten obat.
Pengobatan infeksi oportunistik bisa menjadi salah satu penyokong untuk menjaga kondisi tubuh penyintas HIV tetap stabil dan terhindar dari penyakit infeksi lain. Pasalnya, virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang membuat penyintas rentan terjangkit komplikasi.
Profilaksis pra-paparan merupakan pengobatan yang ditujukan untuk seseorang yang memiliki risiko tinggi. Pengobatan ini pun dianjurkan diberikan pada seseorang sebelum terpapar oleh virus HIV, seperti calon suami atau istri dari penyintas HIV.
Hampir serupa dengan PrEP, profilaksis pasca-paparan merupakan pengobatan darurat yang juga ditujukan pada seseorang yang berisiko tinggi. Bedanya, PEP dianjurkan untuk diberikan dalam 72 jam pertama setelah melakukan kontak langsung yang berpotensi menularkan HIV.
Dengan mengenal deteksi dini dan pilihan pengobatan HIV, kita tidak hanya menambah informasi penyuluhan terkait penyakit ini, tetapi turut berperan dalam mengurangi risiko penularan. Selain itu, tes deteksi dan pengobatan sedini mungkin juga membantu penyintas HIV untuk tetap produktif dan menjaga kualitas hidup. Semakin banyak orang yang sadar dan ikut berperan dalam penyuluhan, tentu semakin besar juga peluang untuk memutus rantai penyebaran HIV.
Bagi peserta Asuransi Reliance, dapat menggunakan Aplikasi ReliCare untuk konsultasi dengan dokter perihal keluhan yang dialami. Nikmati fasilitas telemedicine “ReliDoc” 24/7 secara gratis di aplikasi ReliCare. Yuk langsung download aplikasi ReliCare, kini tersedia di Google Play dan juga App Store.
ReliCare A Happy and Healthy Lifestyle Community, platform digital untuk komunitas gaya hidup sehat dan bahagia.
Ayo Sehat. Akses pada 2025. HIV
World Health Organization (WHO). Akses pada 2025. HIV and AIDS
Mayo Clinic. Akses pada 2025. HIV/AIDS – Diagnosis and treatment
National Institutes of Health (NIH). Akses pada 2025. HIV Testing
Stanford Health Care. Akses pada 2025. Treatments for HIV/AIDS
Ditinjau oleh: dr. Teddy H
Bagikan Artikel Ini