TBC Masih di Sekitar Kita: Pencegahan Lebih Penting dari Pengobatan

TBC Masih di Sekitar Kita Mengapa Pencegahan Lebih Penting dari Pengobatan

ReliDoc – Jakarta. Hingga kini penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman nyata di sekitar kita. TBC yang timbul oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, bisa menyerang siapa saja terutama mereka yang sistem kekebalannya lemah atau tinggal di lingkungan padat penduduk. Menurut WHO tahun 2025, perkiraan masih ada 10,3 juta kasus baru TBC di dunia tiap tahun. Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi setelah India, meskipun pengobatan TBC tersedia dan bisa menyembuhkan, kenyataannya masih banyak kasus baru bermunculan. TBC masih di sekitar kita! Pencegahan memainkan peran penting yang sering kali terlupakan.

TBC Bukan Sekadar Batuk Panjang

Faktanya, TBC sering diawali dengan gejala batuk lama lebih dari dua minggu, disertai demam ringan, penurunan berat badan, dan keringat malam. Namun banyak orang menyepelekan gejala ini, menganggap hanya “masuk angin” atau batuk biasa.

Padahal, seseorang dengan TBC paru aktif bisa menularkan penyakit ini kepada 10–15 orang di sekitar tiap tahun melalui udara saat batuk atau bersin. Itulah sebabnya TBC disebut penyakit sosial karena penyebaran sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.

Mengapa Pencegahan Lebih Penting?

Pengobatan TBC efektif jika melakukannya dengan benar dan tuntas. Namun, pengobatan memakan waktu minimal enam bulan dan memerlukan kepatuhan tinggi. Bila pasien berhenti di tengah jalan, kuman TBC bisa menjadi kebal terhadap obat dan akan menciptakan masalah yang lebih rumit dan mahal.

Sementara itu, pencegahan tidak hanya melindungi individu, tetapi juga seluruh komunitas atau masyarakat sekitar. Dengan mencegah satu orang tertular, kita bisa menghentikan rantai penularan kepada banyak orang lainnya.

Berikut ini adalah beberapa alasan, mengapa pencegahan menjadi kunci utama menghentikan penularan TBC:
1. Lebih murah dan efisien dari pada biaya pengobatan jangka panjang.
2. Mengurangi risiko resistensi obat yang kian meningkat.
3. Menjaga produktivitas masyarakat, karena pasien TBC sering kehilangan waktu kerja berbulan-bulan.
4. Membangun lingkungan sehat dan sadar akan penyakit menular.

Langkah-Langkah Pencegahan TBC

Menurut WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pencegahan TBC perlu kita lakukan secara terpadu pada tingkat individu, keluarga, dan komunitas:

1. Deteksi Dini dan Skrining Kontak

Jika terdapat anggota keluarga yang menderita TBC, maka semua anggota rumah harus melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan dini bisa mencegah infeksi berkembang menjadi penyakit aktif.

2. Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)

Bagi mereka yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC, atau hidup dengan HIV, Terapi Pencegahan TBC (TPT) sangat dianjurkan. Studi The Lancet eClinicalMedicine menunjukkan bahwa TPT mampu menurunkan risiko TBC aktif hingga 70% pada kelompok berisiko tinggi.

3. Menjaga Ventilasi dan Sirkulasi Udara

Kuman TBC menyukai tempat yang lembap dan tertutup. Rumah dan tempat kerja perlu memiliki ventilasi yang baik dan pencahayaan cukup agar udara segar bisa masuk.

4. Menerapkan Etika Batuk dan Penggunaan Masker

Menutup mulut saat batuk dan menggunakan masker di tempat umum membantu mencegah penularan, terutama bagi mereka yang sedang dalam masa pengobatan.

5. Menjaga Daya Tahan Tubuh

Gizi seimbang, olahraga teratur, istirahat cukup, serta menghindari merokok dapat membantu tubuh melawan infeksi.

6. Mengurangi Stigma Negatif dan Meningkatkan Edukasi

Banyak pasien TBC menyembunyikan penyakitnya karena takut orang-orang menjauhi merkea. Padahal, TBC bisa disembuhkan dan tidak menular setelah beberapa minggu pengobatan. Edukasi masyarakat sangat penting agar penderita ingin berobat dan menjalani terapi hingga tuntas.

Penutup

TBC masih menjadi ancaman serius, bukan hanya karena sifat menularnya, tetapi juga karena pengaruhnya terhadap ekonomi, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat. Pencegahan adalah investasi terbaik. Dengan mengenali gejala lebih awal, menjaga lingkungan, mengikuti program skrining, dan mendukung edukasi masyarakat, kita semua bisa berperan dalam menurunkan angka TBC di Indonesia.

Ingatlah Reli Friends, TBC bisa disembuhkan, tetapi lebih baik dicegah sebelum menular ke orang-orang yang kita sayangi dengan pola makan yang tepat dan istirahat cukup, batuk umumnya bisa mereda lebih cepat.

Bagi peserta Asuransi Reliance, dapat menggunakan Aplikasi ReliCare untuk konsultasi dengan dokter perihal keluhan yang dialami. Nikmati fasilitas telemedicine ReliDoc 24/7 secara gratis di aplikasi ReliCare. Yuk langsung download aplikasi ReliCare, kini tersedia di Google Play dan juga App Store.

ReliCare A Happy and Healthy Lifestyle Community, platform digital untuk komunitas gaya hidup sehat dan bahagia.

Sumber Artikel TBC Masih di Sekitar Kita: Pencegahan Lebih Penting dari Pengobatan

World Health Organization.  Akses pada 2025. Global Tuberculosis Report 2025. 
The Lancet eClinicalMedicine. Akses pada 2025. Effectiveness of Tuberculosis Preventive Treatment in High-Risk Populations. ,
International Journal of Infectious Diseases. Akses pada 2025. An Overview of the WHO End TB Strategy 2025 Milestones. 
Tropical Medicine and Infectious Disease. Akses pada 2025. Strategies for Tuberculosis Prevention in Healthcare Settings
Sani H.A., et al. Akses pada 2025. Key Determinants of Tuberculosis Prevention Behaviors in Families.

Ditinjau oleh: dr. Teddy H

Bagikan Artikel Ini

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on linkedin
LinkedIn