ReliDoc – Jakarta. Merasa tertindih sama seseorang pada saat kamu tidur dengan nyenyak? Pasti cerita tentang makhluk halus menindih kamu menjadi cerita seram yang kamu kasih tahu ke teman-teman kamu. Tapi, sebenarnya ada alasan saintifik di belakangnya loh. Yuk simak fenomena ketindihan saat tidur atau sleep paralysis di bawah ini!
Fenomena ketindihan saat tidur atau Sleep Paralysis adalah suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang tidak dapat bergerak atau berbicara saat tertidur atau bangun. Ini ditandai dengan kelumpuhan sementara tubuh, halusinasi yang jelas, dan perasaan seperti ada yang menindih kamu. Di Indonesia, ini sering terkait dengan penindihan oleh makhluk astral, tapi sebenarnya tidak seperti itu.
Jadi selama tidur, tubuh melewati beberapa tahapan, termasuk tidur nyenyak non-rapid eye movement (NREM) dan tidur rapid eye movement (REM). Fase NREM adalah fase awal tidur yang berlanjut hingga tidur nyenyak. Pada fase NREM, tubuh rileks, pernapasan dan detak jantung melambat, sel-sel tubuh memperbaiki organ, dan otak tidak bermimpi.
Sedangkan REM adalah fase setelah NREM. Pada titik ini orang tersebut mulai bermimpi. Selama tidur, sistem saraf simpatik mencegah otot berkontraksi seperti saat bangun, sehingga tubuh tidak dapat bergerak sesaat.
Anda mengalami paralysis tidur saat bangun sebelum fase REM berakhir. Akibatnya, otak tidak siap mengirimkan panggilan bangun, membuat tubuh setengah tertidur dan setengah sadar. Makanya badan terasa kaku, susah bernafas, tapi kamu bisa bicara saat mengalami paralysis tidur.
Berikut beberapa faktor dapat meningkatkan sleep paralysis dapat terjadi, di antaranya merupakan:
Adapun gejala utama Sleep Paralysis adalah ketidakmampuan untuk menggerakkan tubuh dan berbicara. Seperti pada penjelasannya, gejala-gejala ini dapat muncul dari beberapa detik hingga beberapa menit.
Gejala tersebut dapat terjadi bersamaan dengan tiga jenis halusinasi, yaitu:
Sementara itu, tergantung pada waktu kemunculannya, fenomena ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Sleep Paralysis jenis ini terjadi ketika seseorang tiba-tiba terbangun sebelum fase REM berakhir. Dalam keadaan ini, otak belum siap mengirimkan sinyal ke otot. Akibatnya, orang tersebut merasa sadar, tetapi tubuhnya tidak dapat digerakkan.
Sleep Paralysis Hypnagogic terjadi ketika seseorang memasuki fase tidur. Pada titik ini, tubuh memasuki fase NREM dan mengalami relaksasi. Oleh karena itu, ketika seseorang terjaga selama tahap tidur ini, mereka merasa tidak mampu bergerak atau berbicara.
Perawatan untuk sleep paralysis biasanya melibatkan penanganan kondisi yang mendasarinya dan membuat perubahan gaya hidup. Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengobati kelumpuhan tidur:
Siapapun bisa mengalami Sleep Paralysis setidaknya 1-2 kali. Biasanya keadaan ini bisa berakhir dengan sendirinya atau saat orang lain membangunkan penderitanya.
Mereka yang menderita fenomena ini juga dapat mengingat dengan jelas kejadian saat mereka mengalami kondisi tersebut. Apabila kamu berkali-kali terkena fenomena ini, maka kamu bisa menghubungi dokter untuk konsultasi masalah tidur kamu.
Bagi peserta Asuransi Reliance, dapat menggunakan Aplikasi ReliDoc untuk konsultasi dengan dokter perihal keluhan yang dialami. Nikmati fasilitas telemedicine “Chat Dokter” 24/7 secara gratis di aplikasi ReliDoc. Yuk langsung download aplikasi ReliDoc, kini tersedia di Google Play dan juga App Store.
ReliDoc One stop solution mobile app, kemudahan informasi dalam genggaman.
Association for Psychological Science. Akses pada 2023. Sleep Paralysis: Researchers Identify What Makes The Sleep Condition So Distressing.
Medical News Today. Akses pada 2023. Everything you need to know about sleep paralysis.
Sleep Education. Akses pada 2023. Sleep Paralysis – Overview & Facts.
U.S National Library of Medicine National Institutes of Health. Akses pada 2023. Sleep Paralysis, a Medical Condition with a Diverse Cultural Interpretation.
Ditinjau oleh: dr. Teddy H
Bagikan Artikel Ini