ReliDoc – Jakarta. Penyakit campak merupakan penyakit yang dapat menular loh! Tetapi seberapa parahkah penyakit ini? Yuk simak selengkapnya mengenai penyakit campak di bawah ini!
Penyakit Campak adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus paramyxovirus. Virus ini menyebar melalui tetesan udara saat penderita bersin atau batuk. Gejala penyakit tersebut meliputi demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan ruam merah pada kulit. Ruam tersebut biasanya muncul pertama kali di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Penyakit ini sering disamakan dengan demam berdarah dengue karena gejalanya yang hampir sama. Namun, perbedaan utamanya adalah pada penyakit campak tidak ada pendarahan. Beberapa kasus penyakit campak juga dapat menimbulkan komplikasi serius, terutama pada kehamilan. Virus dapat menimbulkan kecacatan pada janin, yang membuat bayi lahir prematur hingga meninggal.
Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang termasuk dalam keluarga paramyxovirus. Penularan biasanya terjadi melalui semprotan air liur yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi saat bersin dan batuk. Siapapun yang menghirup semprotan air liur akan terkena penyakit ini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko terkena campak meliputi:
Gejala penyakit campak meliputi:
Gejala biasanya muncul sekitar 2-3 minggu setelah terpapar virus dan dapat berlangsung selama beberapa hari. Ruam pada kulit biasanya muncul pertama kali di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Namun, beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala sama sekali atau hanya mengalami gejala ringan.
Penyakit campak dapat menimbulkan beberapa komplikasi, terutama pada anak-anak dan wanita hamil. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi setelah terkena penyakit tersebut:
Penting untuk diketahui bahwa komplikasi penyakit campak dapat terjadi meskipun gejala penyakit ringan. Oleh karena itu, penting untuk mencegah penyebaran virus rubella dengan cara vaksinasi dan menjaga jarak dengan penderita campak.
Campak juga dikenal sebagai rubeola. Saat ini sudah ada vaksin untuk mencegah penyakit ini. Vaksin untuk melawan penyakit ini merupakan bagian dari vaksin MMR. Vaksin MMR adalah vaksin kombinasi untuk campak, gondok dan rubella.
Umumnya, vaksin MMR diberikan dua kali. Pertama kali diberikan saat anak kamu berusia 15 bulan dan suntikan MMR berikutnya diberikan pada usia 5 hingga 6 tahun atau sebelum mereka masuk sekolah dasar. Vaksin memainkan peran penting dalam mencegah penyakit ini.
Saat ini, tidak ada obat spesifik untuk menyembuhkan penyakit campak. Terapi pengobatan campak bertujuan untuk meredakan gejala dan mempercepat pemulihan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi gejala penyakit campak:
Istirahat adalah hal yang paling penting untuk membantu mengatasi gejala campak. Orang yang terkena penyakit campak harus beristirahat sebanyak mungkin agar dapat mempercepat pemulihan.
Obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen atau paracetamol dapat membantu meredakan demam dan nyeri.
Minum banyak cairan seperti air, jus, atau air mineral dapat membantu menjaga tubuh tetap terhidrasi dan mempercepat pemulihan.
Orang yang terkena campak harus menjaga jarak dengan orang lain agar tidak menularkan virus.
Penting untuk diketahui bahwa pengobatan campak bervariasi tergantung pada usia, tingkat gejala, dan kondisi kesehatan penderita. Sebaiknya meminta saran dari dokter untuk menentukan pengobatan yang paling sesuai.
Bagi peserta Asuransi Reliance, dapat menggunakan Aplikasi ReliDoc untuk konsultasi dengan dokter perihal keluhan yang dialami. Nikmati fasilitas telemedicine “Chat Dokter” 24/7 secara gratis di aplikasi ReliDoc. Yuk langsung download aplikasi ReliDoc, kini tersedia di Google Play dan juga App Store.
ReliDoc One stop solution mobile app, kemudahan informasi dalam genggaman.
Centers for Disease Control and Prevention. Akses pada 2023. Measles: Signs and Symptoms
Cleveland Clinic. Akses pada 2023. Disease & Conditions. Measles.
Healthline. Akses pada 2023. Rubella vs. Rubeola: Symptoms, Pictures,
Kids’ Health. Akses pada 2023. Measles.
Mayo Clinic. Akses pada 2023. Measles.
Ditinjau oleh: dr. Teddy H
Bagikan Artikel Ini