Demam Keong atau Schistosomiasis

Demam Keong atau Schistosomiasis

ReliDoc – Jakarta. Demam keong menjadi wabah yang terjadi akhir-akhir ini di daerah Sulawesi Tengah. Ingin tahu lebih lanjut tentang demam keong atau schistosomiasis dan cara pencegahannya? Yuk simak di bawah ini!

Demam Keong di Indonesia

Pada bulan Februari 2023, wabah demam keong atau schistosomiasis sedang melanda Sulawesi Tengah. Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, lebih dari 200 orang telah terinfeksi penyakit ini.

Penyakit bekicot merupakan penyakit endemik yang hanya terdapat di Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Poso dan Sigi. Seperti namanya, penyakit ini terjadi akibat infeksi yang timbul oleh parasit yang tersebarkan oleh bekicot atau keong air.

Apa itu Demam Keong?

Schistosomiasis juga dikenal sebagai penyakit bilharzia atau demam keong di Indonesia, adalah salah satu penyakit parasitik yang timbul oleh cacing Schistosoma. Penyakit ini menyebar melalui air yang terkontaminasi oleh telur cacing yang keluar dari keong atau siput hospes tengara seperti siput tawar. Manusia terinfeksi saat berenang, mandi, atau minum air yang terkontaminasi. Schistosomiasis adalah penyakit yang umum terjadi di negara-negara tropis dan subtropis di Afrika, Amerika Latin, dan Asia.

Penyebab Demam Keong

Schistosomiasis timbul oleh infeksi parasit dari cacing Schistosoma. Beberapa cacing penyebab schistosomiasis tersebut antara lain:

  • Schistosoma guineensis
  • Cacing Schistosoma mekongi
  • Schistosoma mansoni
  • Cacing Schistosoma intercalatum
  • Schistosoma japonicum
  • Cacing Schistosoma haematobium

Telur cacing Schistosoma yang keluar ke air melalui tinja atau urin dapat menetas menjadi larva, yang kemudian tumbuh dan berkembang biak. Ketika manusia terpapar air yang terkontaminasi oleh telur cacing Schistosoma, larva tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit. Setelah memasuki tubuh manusia, larva akan tumbuh dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia.

Cacing dewasa Schistosoma hidup di dalam pembuluh darah manusia, di mana mereka berkembang biak dan melepaskan telur cacing ke dalam aliran darah. Telur tersebut kemudian terus beredar ke organ-organ tubuh lainnya seperti hati, paru-paru, ginjal, dan kandung kemih. Telur yang dilepaskan oleh cacing Schistosoma ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh dan memicu respons inflamasi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gejala schistosomiasis pada manusia.

Gejala Demam Keong

Schistosomiasis dapat menimbulkan berbagai gejala pada tubuh manusia. Berikut ini adalah beberapa gejala umum yang terkait dengan schistosomiasis:

  • Demam: Schistosomiasis dapat menyebabkan demam ringan hingga sedang, terutama pada tahap awal infeksi.
  • Batuk: Batuk dapat terjadi pada tahap awal infeksi dan dapat menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu.
  • Diare: Gejala diare dapat terjadi pada tahap awal infeksi dan terus berlanjut hingga infeksi kronis.
  • Sakit perut: Infeksi Schistosoma juga dapat menyebabkan sakit perut, khususnya pada tahap akut penyakit.
  • Mual: Mual dan muntah dapat terjadi pada tahap awal infeksi dan dapat terus berlanjut hingga tahap kronis.
  • Sakit kepala: Beberapa orang dengan schistosomiasis melaporkan sakit kepala ringan hingga sedang.
  • Nyeri otot: Nyeri otot dan kelemahan juga dapat terjadi pada beberapa kasus schistosomiasis.
  • Ruam kulit: Schistosomiasis juga dapat menyebabkan ruam kulit pada tahap awal infeksi.
  • Anemia: Schistosomiasis dapat menyebabkan anemia pada tahap kronis.
  • Gangguan organ dalam: Penderita schistosomiasis yang tidak mendapatkan pengobatan dapat memengaruhi organ dalam, seperti hati, paru-paru, ginjal, dan kandung kemih. Gejala yang terkait dengan gangguan organ dalam meliputi penurunan berat badan, peningkatan ukuran hati dan limpa, pembengkakan perut, dan gangguan buang air kecil.

Cara Mendiagnosa Demam Keong

Untuk mendiagnosis schistosomiasis, dokter melakukan tanya jawab seputar kondisi medis, kebersihan tubuh dan lingkungan, pekerjaan dan riwayat kontak langsung dengan air tawar. Selanjutnya, dokter melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut untuk memastikannya:

  • Tes darah untuk mendeteksi anemia dan peningkatan eosinofil
  • Lakukan tes urin dan cek feses untuk mendeteksi telur schistosoma dalam urin atau feses
  • Tes fungsi ginjal dan hati untuk memastikan tidak ada gangguan pada organ tersebut
  • Pemindaian dengan CT scan, MRI, X-ray, ekokardiografi atau USG untuk mendeteksi penyebaran schistosomiasis
  • Biopsi untuk mendeteksi sel abnormal pada sampel jaringan.

Cara Mencegah Demam Keong

Berikut beberapa cara untuk mencegah schistosomiasis, antara lain:

1. Hindari Kontak dengan Air yang Terkontaminasi

Jangan berenang, mandi, atau minum air yang mungkin terkontaminasi oleh telur cacing Schistosoma, terutama pada daerah yang mana schistosomiasis umum terjadi.

2. Menjaga Sanitasi yang Baik

Meningkatkan sanitasi dan fasilitas sanitasi yang memadai dapat membantu mengurangi risiko terpapar telur cacing Schistosoma. Ini termasuk memastikan bahwa air minum dan air mandi bersih, serta menghindari buang air besar dekat dengan sumber air.

3. Memakai Pakaian Pelindung

Ketika bepergian ke daerah yang mana schistosomiasis umum terjadi, kenakan pakaian pelindung seperti baju renang atau wetsuit untuk melindungi kulit dari terpapar larva cacing Schistosoma.

4. Hindari Kontak dengan Siput Hospes Tengara

Siput air tawar adalah hospes tengara utama Schistosoma, oleh karena itu hindari kontak dengan siput air tawar dan air yang kemungkinan terkontaminasi oleh siput air tawar.

5. Lakukan Tes dan Pengobatan

Jika Anda tinggal dekat daerah yang mana schistosomiasis umum terjadi atau telah melakukan perjalanan ke daerah yang sama, sebaiknya melakukan tes dan pengobatan jika terdiagnosis menderita schistosomiasis.

6. Edukasi Masyarakat

Melakukan edukasi masyarakat tentang risiko schistosomiasis, pentingnya sanitasi yang baik, dan cara mencegah penyakit ini dapat membantu mengurangi penyebarannya.

Cara Pengobatan Demam Keong

Pengobatan schistosomiasis dapat  menggunakan obat antiparasitik yang efektif untuk membunuh cacing Schistosoma yang hidup dalam tubuh manusia. Pengobatan schistosomiasis biasanya melibatkan penggunaan obat praziquantel, meskipun ada juga beberapa obat lain yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit ini.

Berikut adalah langkah-langkah pengobatan schistosomiasis:

  1. Diagnosis: Mendiagnosa schistosomiasis dapat dilakukan dengan tes darah atau tes tinja untuk mendeteksi keberadaan telur cacing Schistosoma.
  2. Penentuan dosis: Dosis obat akan ditentukan oleh dokter berdasarkan usia dan berat badan pasien.
  3. Konsumsi obat: Obat biasanya diberikan dalam satu dosis tunggal dan diambil dengan perut kosong. Praziquantel dapat dikonsumsi dalam bentuk tablet atau suspensi.
  4. Tindak lanjut: Setelah pengobatan, pasien perlu melakukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh. Tes darah atau tinja dapat dilakukan beberapa minggu setelah pengobatan untuk memeriksa keberadaan telur cacing Schistosoma.

Pengobatan schistosomiasis yang diberikan dengan tepat dan tepat waktu dapat membantu mengurangi gejala dan menghentikan penyebaran infeksi ke organ tubuh lainnya. Namun, pengobatan tidak dapat memperbaiki kerusakan organ yang terjadi akibat infeksi yang telah lama berlangsung.

Maka dari itu, pencegahan merupakan hal utama agar tidak terkena demam keong, kamu perlu mengecek sekitar kamu, terutama ketika ada keong atau siput di sekitarnya.

Bagi peserta Asuransi Reliance, dapat menggunakan Aplikasi ReliDoc untuk konsultasi dengan dokter perihal keluhan yang dialami. Nikmati fasilitas telemedicine Chat Dokter 24/7 secara gratis di aplikasi ReliDoc. Yuk langsung download aplikasi ReliDoc, kini tersedia di Google Play dan juga App Store.

ReliDoc One stop solution mobile app, kemudahan informasi dalam genggaman.

Sumber Artikel Demam Keong atau Schistosomiasis

Medscape. Akses pada 2023. Schistosomiasis (Bilharzia).
MSD Manual. Akses pada 2023. Schistosomiasis.
Patient Info. Akses pada 2023. Schistosomiasis.
Verywell Health. Akses pada 2023. What is Schistosomiasis Disease?
WebMD. Akses pada 2023. Schistosomiasis.

Ditinjau oleh: dr. Teddy H

Bagikan Artikel Ini

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on linkedin
LinkedIn